Kerusakkan alam Indonesia sebentar lagi memasuki tahap akhir. Di mana berlaku di masa depan yang dekat “Doktrin” JIKA yaitu:
Jika…Hutan dan pohon terakhir telah ditebang, ikan terakhir telah ditangkap, sungai terakhir telah tercemar, udara terakhir telah beracun dan tambang terakhir telah digali!! Maka bangsa Indonesia akan sadar bahwa, manusia tidak dapat makan uang.
Generasi perintis perjuangan kemerdekaan RI sudah berlalu. Generasi pejuang perang kemerdekaan RI satu persatu pergi menghadap sang Khalik. Hari ini Republik Indonesia dipimpin oleh generasi baru, generasi yang tidak pernah merasakan panasnya api peperangan untuk menegakkan kedaulatan kemerdekaan yang diproklamasikan Bung Karno dan Bung Hatta 17 Agustus 1945.
Generasi baru pemimpin Indonesia tidak lagi mewarisi semangat perjuangan yang progressif revolusioner dari Bung Karno, Bung Hatta, Panglima Besar Soedirman. Tetapi mereka justru mewarisi semangat kaum kapitalis dan neo-liberalis yang merupakan “musuh” Bung Karno.
Sejak Soeharto lengser di tahun 1998 maka reformasi merubah wajah Indonesia menjadi negara yang kehilangan jati diri sebagai negara pejuang. Maka doktrin “mafia berkeley” dari pakar-pakar ekonomi yang diawali oleh Prof. Wijoyo Nitisastro dan kawan-kawan di era Soeharto di tahun awal reformasi ditumbuh kembangkan menjadi negara dengan sistim ekonomi neo-liberal berdasarkan “angka tanpa hati nurani”. Maka pemanfaatan S.D.A. secara habis-habisan jaman soeharto, kini ditumbuh kembangkan secara lebih sistematis dan masif.
Mengundang investor asing sebanyak-banyaknya buat mengeksploitasi sumber-sumber daya alam “tanpa pandang bulu” dan hasilnya lingkungan Indonesia semakin rusak binasa, padahal hasilnya bukan buat kesejahteraan rakyat Indonesia.
Tetapi buat segelintir manusia-manusia Indonesia yang semakin kaya raya dan rakyatnya semakin sengsara sementara negara Republik Indonesianya semakin sekarat.
Pencinta Alam Indonesia Sejak 1960 “Berpolitik” Tidak Berpolitik
Sejak era keperintisan Pecinta alam di era 60-an, sudah diketahui bersama Pecinta Alam Indonesia tidak berpolitik. Dan sikap tidak berpolitik adalah politik, jadi sikap politik Pecinta Alam Indonesia adalah tidak berpolitik.
Memasuki abad XXI organisasi-organisasi Pecinta Alam umum, kampus dan SMA berkembang pesat. Jika di era 60-an jumlah klub-klub Pecinta Alam hanya terhitung puluhan, kini menjadi ribuan bahkan jika dihitung yang ”freelance” alias tidak berorganisasi jumlahnya bisa mencapai jutaan pendaki gunung, penempuh rimba, pencinta alam, dan aktifis lingkungan. *fhi
Bila ditambah dengan yang ikut penggiat di alam terbuka dengan macam-macam motif jumlahnya bisa mencapai puluhan juta manusia.
”Yang sangat mengherankan ribuan klub Pecinta Alam, jutaan ”freelance” pendaki gunung, penempuh rimba dan aktifis lingkungan dan puluhan juta rakyat Indonesia yang memiliki hobbi melakukan kegiatan di alam terbuka itu hanya mampu berpangku tangan dan menonton”, hutan, sungai, rawa, pantai, gunung, dan semua sumber daya alam negerinya dihancurkan oleh segelitir kaum kapitalis yang berkedok pembangunan bangsa dan negara.
”Kita dengan wajah tanpa dosa, bicara tanpa ekspresi, ah! Kerusakkan alam yang dilakukan oleh kaum kapitalis itu bukan urusan kita. Itu soal politik! Kita tidak berpolitik.”
Sikap Politik Pecinta Alam Indonesia Secara Umum Adalah Tidak Berpolitik.
Karena tidak berpolitik adalah sikap politik jadi Pecinta Alam Indonesia jelas berpolitik, politiknya tidak berpolitik.*fhi
Yang tragis, justru politik tidak berpolitik Pecinta Alam Indonesia tersebut dimanfaatkan oleh kaum kapitalis asing dan kapitalis lokal untuk melibas semua sumber daya alam Indonesia tanpa perlawanan dari orang-orang Indonesia yang “katanya” mencintai alam dan peduli lingkungan.
Bersatulah Pecinta Alam, Pendaki Gunung, Penempuh Rimba dan Aktifis Lingkungan Indonesia!
Marilah berjuang di semua aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, demokrasi, hak azazi manusia, lingkungan Indonesia! Pulihkan kerusakkan lingkungan yang sangat parah di seluruh Nusantara!
©[Idhat S Lubis (Greenranger) – FHI]
***
“Saya bukan politikus, saya pencinta alam”
~Herman O Lantang~
” Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.”
~Soe Hok Gie~
***
Dikutip dari Facebook ‘ Forum Hijau Indonesia’